Minggu, 29 Mei 2011

BI


BI: Pembobolan Bank Makin Canggih
Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai kasus fraud atau pembobolan dana nasabah bank kini sudah semakin canggih dengan perencanaan yang cukup matang. Pembobolan bank dilakukan oleh sindikat yang dapat melihat celah ketika dana dialirkan dari bank ke pasar modal akan susah di lacak.

Demikian disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah ketika ditemui di sela bertajuk "Pembobolan Dana Nasabah Bank dan Celah Kriminal Priority Banking" di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (26/5/2011)

"Dengan perkembangan yang semakin cepat di industri perbankan, ada fenomena kabur mengenai batasan definisi produk bank dan non bank. Dan berhadapan juga dengan celah, aturan, kesempatan, para pelaku yang memiliki niat jahat," katanya.

"Fraud yang terjadi semakin canggih. modus operandi melibatkan perencanaan yang matang, sindikat, melintas batas otoritas yang bergerak di industri keuangan," imbuh Halim
Ia menjelaskan fraud yang terjadi melibatkan oknum pemilik dana bisa swasta murni, bisa juga. milik negara. Selain itu, kolusi dengan oknum bank maupun di luar bank juga terjadi.

"Ketika terjadi di bank, BI bisa masuk menyelidiki ke dalam bank. Nah oknum yang bermain di pasar modal, mestinya dilakukan penyelidikan oleh otoritas pasar modal. Sindikat sudah mempelajari celah-celah yang ada di otoritas yang mengatur," tegas Halim.

"Sindikat yang melihat celah sangat memahami ketika melihat uang dialirkan dari bank ke pasar modal, mereka tahu uang tersebut akan sulit dikejar bank kalau sudah masuk ke pasar modal selama ikuti peraturan di pasar modal," tambahnya.

Oleh sebab itu, untuk langkah antisipatif Halim mengatakan BI telah melakukan pemeriksaan khusus di 23 bank yang punya priority banking. 

"Tetapi, penemuan BI belum ada satupun bank yang siap 100% memasarkan produk Wealth Management oleh karena itu dihentikan sementara agar kualitas layanan, keamanan, dan perlingsungan nasabah bisa lebih baik," tukasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar